Rabu, 12 Juli 2017

Motivator Indonesia

Motivator Indonesia 

Tokoh Menginspirasi


Indonesia Negara dengan jumlah penduduk terpadat nomor empat di Dunia, dengan jumlah total populasi sekitar 260 juta penduduk. Dalam Dunia bisnis Indonesia merupakan pasar yang sangat potensial dan menggiurkan, itu sebabnya tak jarang banyak anak muda maupun orang dewasa yang beralih dan merambah Dunia bisnis.

Bicara bisnis, tentunya banyak dari mereka yang sudah mendapatkan hasilnya, tetapi tidak jarang hanya mendapat kegagalan. Dalam ini saya mencoba memaparkan beberapa Tokoh Menginspirasi dalam Dunia bisnis yang berhasil sukses dengan semangat pantang menyerah. "Sudah semestinya kita dapat belajar dari mereka".



1. Chairul Tanjung
Chairul Tanjung (lahir di Jakarta, 16 Juni 1962; umur 50 tahun) adalah pengusaha asal Indonesia. Namanya dikenal luas sebagai usahawan sukses bersama perusahaan yang dipimpinnya, Para Group.

Chairul telah memulai berbisnis ketika ia kuliah dari Jurusan Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Sempat jatuh bangun, akhirnya ia sukses membangun bisnisnya. Perusahaan konglomerasi miliknya, Para Group menjadi sebuah perusahaan bisnis membawahi beberapa perusahaan lain seperti Trans TV dan Bank Mega. Karier dan kehidupan Chairul dilahirkan di Jakarta dalam keluarga yang cukup berada. Ayahnya A.G. 

Tanjung adalah wartawan zaman orde lama yang menerbitkan surat kabar beroplah kecil. Chairul berada dalam keluarga bersama enam saudara lainya. Ketika Tiba di zaman Orde Baru, usaha ayahnya dipaksa tutup karena berseberangan secara politik dengan penguasa saat itu. Keadaan tersebut memaksa orangtuanya menjual rumah dan berpindah tinggal di kamar losmen yang sempit. 

Selepas menyelesaikan sekolahnya di SMA Boedi Oetomo pada 1981, Chairul masuk Jurusan Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (lulus 1987). Ketika kuliah inilah ia mulai masuk dunia bisnis. Dan ketika kuliah juga, ia mendapat penghargaan sebagai Mahasiswa Teladan Tingkat Nasional 1984-1985.Demi memenuhi kebutuhan kuliah, Ia mulai berbisnis dari awal yakni berjualan buku kuliah stensilan, kaos, dan lainnya di kampusnya. Ia juga membuka usaha foto kopi di kampusnya. Chairul juga pernah mendirikan sebuah toko peralatan kedokteran dan laboratorium di bilangan Senen Raya, Jakarta Pusat, tetapi bangkrut.

Selepas kuliah, Chairul pernah mendirikan PT Pariarti Shindutama bersama tiga rekannya pada 1987. Bermodal awal Rp 150 juta dari Bank Exim, mereka memproduksi sepatu anak-anak untuk ekspor. Keberuntungan berpihak padanya, karena perusahaan tersebut langsung mendapat pesanan 160 ribu pasang sepatu dari Italia. Akan tetapi, karena perbedaan visi tentang ekspansi usaha, Chairul memilih pisah dan mendirikan usaha sendiri.         
Kepiawaiannya membangun jaringan dan sebagai pengusaha membuat bisnisnya semakin berkembang. Mengarahkan usahanya ke konglomerasi, Chairul mereposisikan dirinya ke tiga bisnis inti: keuangan, properti, dan multimedia. Di bidang keuangan, ia mengambil alih Bank Karman yang kini bernama Bank Mega.
Ia menamakan perusahaan tersebut dengan Para Group. Perusahaan Konglomerasi ini mempunyai Para Inti Holdindo sebagai father holding company, yang membawahkan beberapa sub-holding, yakni Para Global Investindo (bisnis keuangan), Para Inti Investindo (media dan investasi) dan Para Inti Propertindo (properti).
Di bawah grup Para, Chairul Tanjung memiliki sejumlah perusahaan di bidang finansial antara lain Asuransi Umum Mega, Asuransi Jiwa Mega Life, Para Multi Finance, Bank Mega Tbk, Mega Capital Indonesia, Bank Mega Syariah dan Mega Finance. Sementara di bidang properti dan investasi, perusahaan tersebut membawahi Para Bandung propertindo, Para Bali Propertindo, Batam Indah Investindo, Mega Indah Propertindo. Dan di bidang penyiaran dan multimedia, Para Group memiliki Trans TV, Trans7, Mahagagaya Perdana, Trans Fashion, Trans Lifestyle, dan Trans Studio.
Khusus di bisnis properti, Para Group memiliki Bandung Supermall. Mal seluas 3 hektar ini menghabiskan dana 99 miliar rupiah. Para Group meluncurkan Bandung Supermall sebagai Central Business District pada 1999. Sementara di bidang investasi, Pada awal 2010, Para Group melalui anak perusahaannya, Trans Corp., membeli sebagian besar saham Carefour, yakni sejumlah 40 persen. Mengenai proses pembelian Carrefour, MoU (memorandum of understanding) pembelian saham Carrefour ditandatangani pada tanggal 12 Maret 2010 di Perancis.
Majalah ternama Forbes merilis daftar orang terkaya dunia 2010. Sebagai sebuah pencapaian, menurut majalah tersebut, Chairul Tanjung termasuk salah satu orang terkaya dunia asal Indonesia. Forbes menyatakan bahwa Chairul Tanjung berada di urutan ke 937 dunia dengan total kekayaan US$ 1 miliar. Tahun 2011, menurut Forbes Chairul Tanjung menduduki peringkat 11 orang terkaya di Indonesia, dengan total kekayaan US$ 2,1 miliar.
Pada tanggal 1 Desember 2011, Chairul Tanjung meresmikan perubahan Para Grup menjadi CT Corp. CT Corp terdiri dari tiga perusahaan sub holding: Mega Corp, Trans Corp, dan CT Global Resources yang meliputi layanan finansial, media, ritel, gaya hidup, hiburan, dan sumber daya alam.

2. H.Bustaman
             Lahir dari keluarga kekurangan, Pria kelahiran Lubuk Jantan, Lintau Buo, Kabupaten Tanah Datar, ditinggalkan kedua orang tua meninggal. Jadilah hidupnya lebih luntang- tantung lagi dari sebelumnya. Bustaman cuma bertahan lulusan kelas dua sekolah rakyat atau sekelas SD.

Dia bekerja apa saja. Mengadu nasib bukan lagi gengsi. Baginya tanpa menjadi keturunan Minang pun, dia sudah dipaksa bekerja sampai keluar kota. Mulai bekerja di perkebunan karet, berjualan koran, mencucikan piring di rumah makan, sampai berdagang asongan.

Bustaman juga pernah bekerja sebagai tukang bantu rumah sakit. Waktu dia bekerja di ruma makan, suatu hari, dia berpikir bahwa tempat itu begitu ramai pembeli. Terbersit pikiran dan do'a dalam hatinya, "ya Allah kapan saya bisa hidup sukses,".

Niatan merantau tidak terbendung. Langkah kakinya ingin melebar sampai ke Kota Jakarta. Padahal tahun itu, pada 1970, dia berulah menikah dua tahun dengan Fatimah. Mereka pun dikarunia seorang anak. Tapi itu mungkin alasan lain mengapa Bustaman ngotot ke Jakarta. Ia lantas ikut kakak ipar di Matraman, Jakarta Utara.

Pilihan usaha pertama sesampai dia Jakarta ialah jualan rokok. Pakai gerobak, berjalan Bustaman menjaja keliling kota.

Sukses kerja keras

Sukses rumah makan Padang miliknya memang melegenda. Dia lah pemilik usaha bernama RM. Sederhana. Pria penyandang gelar haji ini memang sekarang kaya raya. Sosoknya menjadi salah satu pengusaha dikenal disandingkan dengan M. Jusuf Kalla.

Memakai konsep waralaba menjadi pionir dalam bisnis tersebut. Bustaman menjadi salah satu pionir dalam hal bisnis waralaba. Dapat disandingkan dengan sosok pengusaha pemilik Es Teler 77.

Terlahir dari keluarga miskin. Ditinggal kedua orang tua, Bustaman kecil hidup bersama pamannya. Sejak 60 tahun yang lalu sudah pekerja keras. Tidak mau menyusahkan paman katanya. Hijrah ke Jakarta pada tahun 1970 memboyong keluarga kecilnya kemudian.

Dia tinggal bersama saudara yang bersuamikan sopir taksi. Usaha pertama ialah berjualan rokok bermodal uang Rp.27.000. Tidak mau menyusahkan orang lain. Bustaman bersama istri lantas pindah dari Matraman. Mereka tinggal ke wilayah Pejompongan. Tetap berjualan asongan, dia cuma mengantungi Rp.2000 lebih sedikit.

"Padahal waktu di Matraman penghasilan saya bisa Rp.8000," jelasnya, waktu itu padahal dia berjualan 24 jam.

Susah berjualan asongan, dia memilih menjadi penjual nasi dibantu istri. Dia menyadari berjualan makanan itu lebih awet. Bustaman berinisiatif menyewa lapak satu kali satu meter di pinggir jalan senilai Rp.3000. Lalu dia berjualan diatasnya bermodal gerobak.

Dia dibantu istri memasak. Akunya dia tidak bisa memasak, tetapi sedikit pengalaman bekerja di rumah makan membuatnya nekat. Asal coba- coba maka Bustaman mulai mahir memasak sendiri. Dua bulan sudah berlalu tetapi dia tetap tidak menjual sepiring pun.

Bustaman menghasilkan omzet Rp.425 dari modal uang Rp.13.000. Menyedihkan sekali kalau melihat dia berjuang.

Walaupun begitu, Bustaman tetap melanjutkan usaha jualan nasinya di Bendungan Hilir. Hingga dia bertemu seorang penjual nasi pinggri jalan lainnya. Dia adalah pendatang asli Solok. Dan ketika Bustaman mencicipi masakan miliknya. "Ternyata masakannya sedap," tandasnya.

"Saya lalu memberanikan diri berkenalan dengan pemasaknya dan meminta resep masakan," kenangnya.

Titik balik

Layaknya pedagang kaki lima lainnya, ada masa dimana Bustaman harus berlarian karena dikerja satpol pp. Ia mengenang dulu pernah kelimpungan sampai gerobaknya rusak. Dua bulan berlalu usahanya berpindah- pindah sebekum nyasar ke Bendungan Hilir.

Sesampai di Bendungan Hilir pun belumlah senang. Dia harus mendekatai pemuda setepat atau preman yang  diwajibkan membayar uang agar bisa berjualan. Ia menerima hal tersebut dengan lapang dada. Hasilnya dia diperbolehkan berjualan diemperan dengan uang setoran Rp.3 ribu.

Selain mentap di Bendungan Hilir, Bustaman juga menarget ajang tertentu, seperti ketika ada acara SEA GAMES, Indonesia Vs Myanmar, gerobaknya langsung nangkring di Senayan agar bisa menjamu masyarakat pecinta bola. Uniknya, ketika warung lain harganya naik, ia justru menjual seharga sama seperti biasanya.

Alhasil jualannya laku keras sampai ludes habis tidak bersisa. Empat bulan kemudian malah musibah datang kembali. Ia berkisah gerobaknya ditertibkan. Cuma diperbolehkan berjualan seluas satu meter, dan sialnya ia harus ikut undian agar bisa dapat ruang kosong. Bustaman menyiasati dengan mengadakan pendekatan ke aparat.

Hasilnya dia mendapatkan ruang seharga kontrakan Rp.5000. Nasib untung berkat kepandaian berstrategi membuat Bustaman bertahan.

Sebenarnya pemerintah Jakarta menetapkan harga per- lapak Rp.750. Tetapi melihat keadaan lapak yang tidak mencukupi. Ia mencoba menyiasati "membeli" sewa lapak sebelahnya. Bustaman bermaksud membeli dua lapak menjadi satu. Untuk itulah ia meminjam uang kepada sang paman.

Berkat tempat strategis maka usahanya maju. Usaha Bustaman nampaknya sudah berkembang tetapi justru musibah malah datang lagi. Pernah suatu ketika jarinya tersayat pisau karena memotong tunjang, menangis begitulah nasib Bustaman masih saja dicoba.

"...menangis karena susahnya hidup," kenangnya sambil berkaca- kaca.

Usahanya sudah berkembang jika dulu menanak 30 liter sehari, lalu Bustaman mampu menanak nasi sampai 60 liter. Hingga dia mengajak kerjasama istri dari pamannya. Dia mengajaknya menambah modalnya lagi.

Masalah lain datang ketika tante Bustaman terlibat piutang. Waktu itu ia meminjam uang Rp.15.000,"tetapi sudah saya bayar," imbuhnya. Akhirnya sang tante malah naksir lahan ditempati Bustaman selama beberapa tahun itu. Bahkan urusan ini sempat membawa polisi di malam pada akhirnya.

Menangislah Bustaman menerima perlakuan tersebut. Padahal dia bersusah payah membangun usaha dari nol besar. Sukses mendatangkan pelanggan tetapi pada akhirnya dia mendapat musibah kembali menyusul lagi.

Dia mendapatkan warungnya kena gusur kembali. "Gerobak dagang saya diangkut," imbuh Bustaman. Lalu ia mendapati tempat tinggalnya di Pejompongan kebakaran. Dia cuma mampu menyelamatkan diri, bersama istri, anak, dan gerobak.

Mereka lalu tinggal di rumah salah satu pemasok bahan masakan warungnya dan berusaha kembali di Bendungan Hilir.

Hidup mambawanya membuka cabang di Roxy. Sebelum ke Roxy, untung Bustaman sempatkan makan dulu di warung makan sebelahnya. Ia menyadari loh ternyata masakan itu lebih enak. Pantaslah kalau orang Solok itu mempunyai pelanggan dan lebih ramai dikunjungi daripada warung barunya.

"Dan suatu sore, saya dekati tukang masaknya, saya ajak kenalan saja. Dan ternyata orangnya sangat baik, ia mau menuliskan resep masakannya buat saya," kenang Bustaman lagi.


Warung sederhana

Berkat resep orang itulah ketika membuka cabang di Roxy tahun 1976. Dia mendapatkan lebih banyak lagi pelanggan. Resep gulai itu enak meresap ke hati pengunjung. Berbekal resep itulah, semangatnya berusaha bangkit, dia mau belajar terus mencoba olahan lain bermodal resep itu.

Pada awalnya dia berbisnis cuma untuk bertahan hidup. Tidak ada pemikiran tentang akan memiliki banyak cabang di seluruh Indonesia. Bermodal resep olahan yang sudah disesuaikan. Rasanya sudah dapat dinikmati oleh siapapun bukan cuma orang Padang. "Jadi, saya tidak buat terlalu pedas," imbuhnya.

Ayah enam anak dan kakek dari enam orang cucu ini gembira. Pasalnya resep karyanya "ayam pop" menjadi kesukaan utama di warung sederhana. Ayam goreng tanpa kulit berwarana putih seperti aslinya. Maka dia membuka warung permanen di Pasar Inpres, Bendungan Hilir, di tahun 1974, bermodal kredit dari sebuah bank.

Ruma Makan Sederhana lantas berkembang biak. Menjamur jadi 30 buah, dan seterusnya dimana dia aktif mempekerjakan saudara agar mengelola. Cuma suatu ketika terjadi pertikaian antar saudara karena usaha ini jadi makmur. Dia bersengketa dengan Djamilus Djamil atas nama Sederhana yang diusung oleh Bustaman.

Caritanya pada tahun 2004, Djamil membuka usaha rumah makan padang sendiri (tidak ikut Bustaman.red), yang lantas diberinya nama Sederhana. Sayangnya, pada tahun 1997, Bustaman terlebih dulu memakai nama RM. Sederhana, dan sudah mematenkan brand "Sederhana" menjadi miliknya.

Usut- punya usut ternyata keduanya sempat kerja sama tapi pecah kongsi. Karena sudah masuk HAKI, lalu Bustaman menuntut Djamil atas nama Sederhana dan menang di Mahkamah Agung. Pada tahun 2009 itu maka jalan damainya adalah Djamil diwajibkan menambahkan nama Bintaro -menjadi Sederhana Bintaro.

Sampai tahun 2000 -an, akhirnya HJ. Bustaman resmi mendirikan badan hukum, tujuannya agar menjaga merek Sederhana dan mengembangkan sayap bisnisnya. Jadilah PT. Sederhana Citra Mandiri yang juga menjadi pemegang hal waralaba atas RM. Sederhana di seluruh penjuru Indonesia.

Berkat resep dari orang itu, ia mampu membuka usaha sampai ke Pasar Inpres Bendungan Hilir. Merambah sampai 30 rumah makan. Bahkan sudah sampai ke Malaysia berkat sistem waralaba. 



3. Susi Pudjiastuti
          Perempuan kelahiran 1965 yang sekarang menjabat sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan RI di bawah Presiden Jokowi ini adalah seorang pengusaha yang terkenal tegas. Ia merintis bisnisnya di bidang perikanan dan kemudian maskapai penerbangan dari nol. Setelah memilih untuk berhenti sekolah sebelum lulus SMA, ia memulai usahanya sebagai pedagang pakaian dan bed cover
Setelah melihat potensi wilayah tempat tinggalnya, Pangandaran, sebagai penghasil ikan, Susi lantas memanfaatkannya sebagai peluang bisnis dan beralih ke usaha perikanan. Dengan modal hanya Rp750 ribu hasil dari menjual perhiasannya, ia mulai membeli ikan dari tempat pelelangan dan memasarkannya ke sejumlah restoran. Setelah sempat tersendat, bisnis Susi akhirnya berhasil menguasai bursa pelelangan ikan di Pangandaran dan bahkan kemudian merambah ke ekspor ikan dan lobster.
Bisnis maskapai penerbangannya juga berawal dari bisnis perikanan tersebut. Untuk mengatasi masalah pengiriman ikan yang lambat apabila lewat darat atau laut, Susi membeli sebuah pesawat dari pinjaman bank untuk pengangkutan produk lautnya, yang kemudian berkembang menjadi armada maskapai penerbangan Susi Air yang melayani rute pedalaman dan carter.
Motivator Indonesia 




1 komentar:

  1. KABAR BAIK! KABAR BAIK!

    Untuk mengenalkan diri dengan benar,
    Nama saya adalah ibu SUSAN dari [SUSAN BOWMAN LOAN COMPANY]

    Saya adalah pemberi pinjaman swasta, perusahaan saya memberikan pinjaman segala jenis dengan suku bunga 2% saja. Ini adalah kesempatan finansial di depan pintu Anda, terapkan hari ini dan dapatkan pinjaman cepat Anda.

    Ada banyak di luar sana yang mencari peluang atau bantuan keuangan di seluruh tempat dan tetap saja, tapi mereka tidak dapat mendapatkannya. Tapi ini adalah kesempatan finansial di depan pintu Anda dan dengan demikian Anda tidak bisa melewatkan kesempatan ini.
    Layanan ini membuat individu, perusahaan, pelaku bisnis dan wanita.
    Jumlah pinjaman yang tersedia berkisar dari jumlah pilihan Anda untuk informasi lebih lanjut hubungi kami melalui email:

    Susanbowmanloancompany@gmail.com

    BalasHapus